Selasa, 19 Juni 2012

Lucky ( dari cerpen Tugas BInya bu Anita )


#Prolog
Hujan dan Langit

“Huaaa hujan, asik!” teriak Ayas.
“Asik apanya, jadi nggak bisa pulang nih Yas, mana dingin,” timpal Nata sinis.
“Yee, kamu nggak tahu sih Nat, hujan itu ajaib tahu, aku pernah baca nih ya Ilmuan meneliti bahwa di dalam hujan ada nyanyian yang cuma bisa didengerin sama orang yang lagi kangen,” Ayas menerangkan.
“Tetep aja, bikin baju kotor, surem, lagian aku nggak kangen sama siapa-siapa jadi yang ada cuma ngerugiin buat aku,” Nata menjawab lagi sambil memakai kapucong jaketnya
“Ih Nata, aku sih suka sama hujan, bau air bercampur tanah, suara air jatuh yang bikin pikiran adem, terus kalau lagi jalan di bawah hujan kayaknya banyak yang nemenin gitu,”  Ayas tak mau kalah.
“Kamu itu selalu aja menye-menye, aku lebih suka langit biru yang cerah, luas, bebas, bikin banyak inspirasi, lagian kalau langit cerahkan kita bebas main diluar,” Nata mengungkapkan argumennya.
“Yee, main dibawah hujan juga asik lho, sini aku tunjukin,” Ayas menarik tangan Nata untuk berlari pulang tanpa payung.
Nata dan Ayas memang seperti langit cerah dan hujan, sangat berbeda, namun mereka tetap bersahabat dekat, keajaiban satu disbanding seratus, tetapi seperti langit cerah dan hujan, ada kalanya mereka terjadi pada saat yang bersamaan,walaupun langka, bisa dibilang keajaiban yang indah.






#1
New Deskmate (Ayas)

Wuss…udara pagi yang sangat menggigit tak menyurutkan langkah Ayas memasuki gerbang sekolahnya yang baru. Hari ini adalah hari pertama  Masa Orientasi Siswa di SMP Nusa Bakti 5, itu sebabnya dirinya sudah berdiri lengkap dengan atribut perintah kakak kelas yang membuatnya gatal, tapi dia senang, antusias lebih tepatnya. Ayas meyakini bahwa setiap awal harus baik karena itu akan menentukan akhir dari segalanya.
Dengan mantap dia memasuki ruang kelasnya dan menatap sekeliling kelas untuk mencari tempat duduk, dia tidak mengenal siapapun, ya karena dia adalah murid pindahan dari luar kota. Papanya dipindah tugaskan di Bandung,setelah sebelumnya dia dan keluarganya menetap di Salatiga. Mata Ayas tertuju pada satu bangku kosong didekat seorang anak laki-laki yang tertunduk, tanpa ragu Ayas mendekatinya dan bertanya, “tempat duduk ini ada yang nempatin nggak?”
Anak laki-laki itu menggeleng samar lalu berkata “kamu mau duduk disini?” katanya tergagap.
“Ia,boleh ya?” Ayas langsung duduk dan menaruh tasnya lalu mengulurkan tangan,”Aku Laras, Laras Setyorini, tapi biasa di panggil Ayas.”
“Aku Nata, Nata Wijaya Kusuma,” cowok itu mengulurkan tangannya menyambut uluran tangan Ayas.
“Aku baru pindah nih dari Salatiga, jadi nggak kenal siapa-siapa, hehe, kamu asli sini?” tanya Ayas.
“Ia, aku dari SD Kepatihan 1,” jawabnya datar.
Ayas hanya ber-ooh lalu pamit untuk berkenalan dengan teman sekelasnya yang lain. Tak sampai setengah jam Ayas sudah akrab dengan teman-teman sekelasnya, dia memang orang yang tergolong mudah bergaul dengan siapa saja. Saat asyik bercerita dengan teman-temannya tak sengaja dia melihat Nata yang diam saja dan asyik dengan bukunya.
“Eh, Nata itu temen SD kalian kan? Anaknya kayaknya pendiem banget deh,” tanya Ayas pada beberapa temannya yang berasal dari SD yang sama dengan Nata.
“Ia tuh, dia pendiem banget, kerjaannya belajar mulu, ekspresinya datar, nggak ada yang tahu dia gimana, terus pelit lagi,” sahut Shinta
“Pelit ? Soal apa?” tanya Ayas lagi.
“Ia pelit soal pelajaran, jarang ngasi tahu gitu, terus kalau ngajarin juga judes, jarang ngeliat dia ketawa,” sahut Mika.
Ayas tak sempat bertanya lagi karena kakak kelas sudah mulai datang untuk memulai acara MOS. Sebelum mereka bergegas menuju lapangan, Ayas berkata pada Nata.
“Nat, ntar kalau kamu jatuh cinta kasi tahu aku ya?”
Nata hanya mengernyitkan dahi tanda bertanya “untuk apa?”.
Seolah bisa membaca pikiran Nata, Ayas melanjutkan, “Ia soalnya kata kakak aku, kalau cowok jatuh cinta itu bisa berubah 180 derajat dari sifat aslinya. Nah aku pengen tahu kamu versi nggak terlalu ‘cool’ kayak gini. hehe”
Nata hanya melihat gadis itu dengan bingung. Tapi dia mengangguk saja.
“Yeey, eh yuk deh ke lapangan cepetaan,” Ayas berkata sambil mendorong punggung cowok itu sampai ke lapangan.
Nata pun menganggap ucapan Ayas angin lalu dan terpaksa mempercepat langkah kaki karena dorongan dari cewek yang menurutnya sok akrab ini.
Dia tak menyadari bahwa suatu saat omongan Ayas barusan akan membawanya pada situasi yang sangat sulit.

#2
First Best Friend (Nata)
“Nata, ini gimana caranya?” Ayas berkata sambil garuk-garuk kepala.
“Aduh Yas, masak gitu aja nggak ngerti, ini kan dikaliin ini, dimisalin terus baru di bagi, ngerti nggak kesimpulannya ?” jawab Nata dengan sinis.
“Ngerti, kesimpulannya kamu nggak cocok jadi guru, ayodong Nat, kalau ngajari tuh yang sabar, ayo ajarin…..” rengek Ayas setengah memaksa.
Nata hanya bisa menghela nafas, lalu berusaha menekan emosinya dan mengajari Ayas sesabar yang dia bisa, kalau tidak cewek itu tidak akan berhenti merengek sampai kuping Nata panas.
Yap, setelah 1 semester duduk bersama, Ayas tidak pernah berhenti membuat Nata menjadi pribadi yang lebih ceria, dia terus berusaha mengajak Nata ngobrol soal apapun. Seperti hari ini, seusai mengajari Ayas matematika, Nata masih dijejali headset untuk mendengarkan lagu yang menurut Ayas bagus.
“Nata, aku denger lagu ini nih, dengerin deh bagus loh,” seru Ayas semangat.
“Nggak ah yas,” jawab Nata ogah-ogahan.
“Yee dengerin dulu, ato aku nyanyiin aja buat kamu?” seru Ayas lagi.
“eee..gak usah nyanyi gak usah nyanyi, oke aku dengerin,”  Nata menyumbatkan headset ke telinganya. Dengerin ajadeh daripada si Ayas nyanyi bisa geger gunung kidul denger suara cemprengnya, Nata menggumam dalam hati.         
Kriiing, dering bel istirahat berbunyi.
“Yas, beli siomay yuk,” ajak Asti.
Ayas mencopot headsetnya dan mengangguk,”Yuk.. Nat kamu nggak ikut? Kamu nggak laper ?” Ayas menoleh pada Nata
“Males, kantin rame,” jawab Nata datar.
“Tapi kamu laper? Yaudah aku beli’in roti ya, yuadah yuk Ti,” Ayas nyelonong keluar kelas.
Nata hanya mengangkat bahu, Ayas..Ayas, belakangan hidupnya dipenuhi dengan cewek itu. Dia selalu rajin meng-sms dirinya tiap hari hanya untuk ngobrol atahu curhat. Ayas selalu menganggapnya teman dekat,selalu percaya padanya, tidak pernah marah atahu tersinggung dengan sikap sinisnya, keukeuh ngajak dia berbagi. Mungkin itu sebabnya, dia mulai terbuka pada Ayas, ya hanya pada Ayas. Baru kali ini dia merasakan punya seorang…..Sahabat.

#3
I wanna be a cheerleader (Ayas)
Krriing kriing….Suara sepeda Nata memekakkan telinga. Ayas berlari dan dengan satu kali lompatan sudah berada di boncengan sepeda Nata. Dengan lantang ia memberi komando, “jalan bos!”
“Lama banget sih, udah mau telat juga,” omel Nata dengan sinis.
“Jangan marah-marah dong, kan udah SMA harus punya persiapan mateng dong kalau mau ke sekolah,” ujar Ayas tetap ceria.
“Ke sekolah apa mau perang, pake persiapan mateng segala,” Nata masih sinis berkomentar.
“Kan hari ini aku mau tes cheer Nat,” Ayas berkata sambil mempererat lingkar tangannya pada Nata karena cowok itu sedikit ngebut.
Nata merasakan desir aneh didadanya saat tangan Ayas lebih erat berpegangan. Dia tidak tahu itu apa dan menganggapnya hanya perasaan kaget biasa.
Begitu tiba disekolah, Ayas melompat dari sepeda dan berbalik pada Nata.
“Nat, ntar mau nungguin aku sampai tes cheer selesaikan?” Ayas memohon.
“Nyusain aja, yaudah.” Nata menjawab sinis tapi akhirnya menyetujui juga.
Ya begitulah mereka, bersahabat dekat sejak kelas 1 SMP hingga menginjak bangku SMA pun mereka kedekatan mereka tak pernah berubah.
Sejak dulu impian terbesar Ayas adalah menjadi cheerleader. Baginya musik dan tari memberi dia jiwa. Sejak kecil dia rajin menonton semua film cheerleader dan mempraktekannya  dikamarnya. Dia juga merengek pada mamanya untuk les balet. Selain itu alasan Ayas ingin menjadi cheerleader adalah baginya ada sesuatu magical yang dia lihat saat melihat deretan gadis-gadis berseragam dengan pompom, kreativitas, latihan keras, disiplin dan yang tak kalah penting ia senang menjadi bagian dari sebuah eforia yang menumbuhkan semangat tim entah saat kalah atau menang.
Oleh karena itu, siang ini kakinya seperti bergerak sendiri mengikut hentakan musik, lalu tubuhnya mengikuti gerakan demi gerakan yang telah dilatihnya berbulan-bulan. Semua gerakan sulit dapat dengan mudah dapat ia kuasai. Dan saat music berhenti, tepukan dari juri, senior, dan teman-teman tes lainnya membuat Ayas yakin bahwa dia sudah berhasil menjadi tim pemandu sorak SMU Pelita Harapan mulai saat ini.
Seusai  tes cheer Ayas segera berlari menuju UKS tempat Nata menunggunya, ia membuka pintu UKS terlalu keras agaknya, tak ayal membuat Nata terkejut dan langsung berdiri dari tempat tidurnya. Ayas langsung memeluknya dan berteriak, “Aku berhasil Nat, I’m a cheerleader now!” begitu sumringahnya Ayas sampai tak memperhatikan muka Nata yang memerah.
Sekali lagi dada Nata berdesir, lalu menyembunyikannya dengan cepat-cepat berjalan, ”Selamat, yuk pulang yas, laper.” Ayas mengikuti langkah Nata dengan muka masih berseri-seri.

#4
Anak Baru Sok Tahu (Nata)

Hari ini akan ada murid baru di kelas Ayas dan Nata. Kelaspun sibuk membicarakan seperti apa murid baru itu. Dengar-dengar dia cowok pindahan dari Jakarta. Nata jengah dengan keramaian dikelasnya dan memutuskan pergi ke toilet.
Tak Lama setelah Nata ke toilet murid baru itu muncul dengan didampingi bu Eka. Semua anak terutama cewek terkagum-kagum melihatnya, tubuh tegap dengan tinggi semampai dan muka indo serta kamera DSLR tergantung dilehernya.
“Baik anak-anak, hari ini kelas kalian akan bertambah 1 penghuni baru, silahkan perkenalkan diri kamu, maaf ibu tidak dapat menemani  karena ada urusan.”
Anak baru itu mengangguk lalu memperkenalkan diri, “Namaku November Satria Putra, pindahan dari Jakarta, aku suka banget fotografi. Oia panggil aja aku Inov, makasih.”
Inov lalu memandang ke sekeliling kelas dan sedikit kaget melihat Ayas lalu dia tersenyum,”Hai, aku duduk disini ya?”
“Itu tempat dudukku, cari aja tempat duduk lain,” Nata yang datang dari toilet langsung menduduki tempatnya dengan sinis.
“Kamu duduk di belakangnya Nata aja Nov, itu kosong kok,” kata Ayas.
“Thanks Yas,” Inov tersenyum
Nata terlihat tidak senang dengan Inov, entah karena dia takut dia merebut kursinya atau merebut Ayas darinya.  Ah pikiran bodoh apalagi ini.Sementara Ayas masih heran,kenapa Inov tahu namanya.
Selama pelajaran, Inov mengamati Ayas dan Nata. Dia mengamati dan sesekali memotret diam-diam Ayas dan Nata yang sedang berbincang, tertawa, dan menemukan sesuatu diantaranya. Maka saat bel istirahat berbunyi dan Ayas pergi ke kantin, Inov duduk ditempat Ayas dan mengulurkan tangan.
“Kayaknya tadi kamu nggak ada pas aku perkenalan, kenalin, aku Inov, maaf ya tadi mau ngerebut tempat duduk kamu, aku nggak tahu kalau itu udah ada yang nempatin,” Inov berujar sambil mengulurkan tangan.
“Nata, iya nggak papa,” Nata menjawab sekenanya
“Nat, Ayas, pacar kamu?” tanya Inov
Nata sedikit kaget ditanya begitu, “Enggak, dia sahabat aku dari SMP,” jawab Nata berusaha sebiasa mungkin
“Ohh, kirain pacar, Ayas cantik ya, energik gitu keliahatannya, pasti orangnya lucu. Eh ia aku mesti ke BK ngambil buku, bye Nat,” Inov meninggalkan kelas.
Ah dasar anak baru sok tahu, dia sok-sok mengomentari Ayas, padahalkan yang tahu bagaimana sahabatnya itu adalah dia. Tapi dia tidak menyangkal pendapat Inov, Ayas memang energik, ceria, dan entah sejak kapan sahabatnya itu berubah, kakinya jenjang, kulitnya putih dan halus, rambutnya yang dulu hanya dikuncir dua sekarang terurai indah, entah sejak kapan, Ayas menjadi…cantik.

#5
Semangat untuk Nata ( Ayas)
Acara ulang tahun SMA Nusa Bangsa sudah ramai dari pagi, dan sekarang giliran Nata untuk menampilkan penampilan solonya di atas panggung. Sebenarnya Nata sudah menolak, namun Ayas memaksanya, dia merengek dan terus memberi semangat agar Nata menerima tawaran itu.
“Kamu tahu aku kan Yas, aku paling nggak bisa tampil di depan orang banyak, aku nggak suka,” Nata menggeleng.
“Tapi Nat, suara kamu bagus, ayolah, semua orang pasti suka, kalau nggak demi kamu demi aku deh,ya?,” Ayas masih bersikukuh.
“Okelah,” Nata berkata setelah menghela nafas panjang.
Dan kini ia menyesali kata-katanya itu. Nata benar-benar mati kutu, dia berkeringat dingin memandang sekeliling dan merasa pusing. Dia gemetar memegang keyboarnya. Yas kamu dimana?
Tiba-tiba sesosok gadis berpompom kuning menyeruak diantara kerumunan lalu dengan lantang dia meneriakkan yel-yel untuk Nata. Melenggak-lenggok dengan lincah dan terus meneriakkan semangat untuk Nata. Nata tertegun, Ayas, gadis itu adalah Ayas, dan kini semua penonton menyerukan namanya mengikuti suara Ayas. Ayas tersenyum padanya, matanya seolah berkata Good Luck padanya. Iapun dengan mantab menekan tuts keyboardnya.
 Dan ku mengerti sekarang
Ternyata kita menyatu
Didalam kisah yang suci
Kuakui kamulah cinta terakhir
Nata menyelesaikan lagu Cinta Terakhir dengan lega. Thanks Yas, untung ada kamu, Nata bergumam dalam hati.
Dari kejauahan Inov tersenyum, dia melihat dengan jelas semua. Semangat Ayas untuk Nata, Kekuatan Nata setelah melihat Ayas. Dia membidikkan sekali lagi kameranya pada Nata kemudian berlalu.

#6
Melindungi Ayas (Nata)

Hari ini adalah hari penentuan untuk menjadi kapten cheerleader, Ayas tampak bersemangat sekali. Dia sudah menyiapkan semua, tarian terbaik, gerakan baru, semuanya. Dia bersemangat sekali hingga tak menyadari bahwa Naysila melihatnya dengan sinis.
“Liat aja Yas, aku yang bakal jadi kapten, bukan kamu, aku bakal buat kamu malu hari ini,” Nay tersenyum licik.
Dan saatnya pun tiba, Ayas tersenyum dan mulai melakukan gerakan dengan lincah, namun beberapa saat ia mulai merasakan sakit pada ujung kakinya dan brak, Ayas jatuh dan merasakan sakit yang amat sangat. Semua orang dilapangan tertawa melihatnya, Nay tersenyum licik karena paku payung yang ditaruhnya di sepatu Ayas bekerja sesuai rencana.
Ayas merasakan sakit, malu, marah, semua bercampur aduk, dia hanya tertunduk, tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba ia merasakan tubuhnya terangkat oleh tangan kokoh seseorang, dia mendongak, Nata. Nata menggendong Ayas meninggalkan lapangan dan menuju UKS sekolah mereka.
Sesampainya disana ia mendudukkan Ayas di kursi dan membuka sepatu Ayas dan kaget bercampur kawatir melihat darah merembes ke kaos kaki Ayas. Ayas menangis, Nata terkejut dan berkata dengan kawatir, “Sakit banget ya Yas, tahan ya bentar aku ambilin obat merah sama perban, aduh sakit banget ya? Tahan ya Yas”
Ayas tidak menjawab namun memeluk Nata, “Nata, tadi aku malu banget, aku nggak tahu gimana kejadiannya kalau nggak ada kamu, makasih Nat.”
Nata sedikit kaget lalu membelai rambut gadis itu, diam tanpa tahu harus berbuat apa. Samar terdengar bunyi kamera dibidikkan, dan sekali lagi Inov tersenyum sebelum berlalu diam-diam.

#7
Ngapain dia ada disini? (Nata)
Nata memasuki gerbang rumah Ayas dan kaget melihat Inov keluar dari rumah Ayas. Alis Nata berkerut,”Inov?”
“Hai Nat, pergi dulu ya, bye,” Inov tersenyum dan berlalu.
Nata masuk dan menemui Ayas yang sedang menonton tivi sambil kakinya diperban.
“Yas, barusan Inov kesini, ngapain?” tanya Nata sambil meletakkan es krim di depan Ayas.
“Emm…dia..jenguk aku, kenapa? Cemburu? Hahaha,” Ayas tertawa lepas.
Nata tergagap dan hanya menjitak ringan kening Ayas. Tapi dalam hati dia merasakan sesuatu, apa benar dirinya cemburu, apa benar dia menyayangi Ayas melebihi seorang sahabat sehingga dia tidak rela ada lelaki lain mendekati Ayas. Ah tapi dia terlalu takut untuk menyadarinya, dia takut Ayas akan menjauhinya.
“Nat..Nat..woy Nat,kok ngelamun?” lambai tangan Ayas membuyarkan lamunan Nata
“Hah eh, es krimnya tuh cepet dimakan, ntar keburu cair, udah susah-susah di beliin,” jawab Nata berusaha mengalihkan pembicaraan.


#8
Janji Lama (Nata)
Hujan turun dengan deras sore itu sehingga Nata dan Ayas memutuskan menunggu disekolah sambil menunggu hujan reda. Mereka duduk di bangku depan kelas yang sudah sepi.
“Yas, aku mau ngomong sama kamu,” Nata memulai pembicaraan.
“Haha, formal amat Nat, ya ngomong aja lagi, ada apa sih?” Ayas berkata sambil menengadahkan tangan pada air hujan.
“Waktu smp kan aku janji kalau aku suka sama seseorang bakal bilang kamu”, Nata berkata ragu.
“Jadi kamu suka sama seseorang sekarang? Waah..siapa Nat?” tanya Ayas antusias.
“Aku suka sama kamu,” Nata berkata sambil menghadap Ayas.
Ayas menurunkan tangannya lalu memandang Nata, “Aku kira kamu tulus sahabatan sama aku Nat,” dia berujar tak percaya.
“Yas, aku tulus sahabatan sama kamu, aku juga nggak tahu kenapa perasaan ini bisa muncul, aku nggak berharap kamu bales perasaanku kok, kamu ada dideket aku aja udah cukup Yas,” Nata berkata panik.
“Aku nggak mau ketemu kamu lagi,” Ayas berlari meninggalkan Nata tak perduli hujan turun masih sangat deras.
“Yas, Ayassssssss,” Nata berteriak memanggil namun..
“Nat, Nata bangun woy, ngapain coba manggil nama Ayas gitu,” Titan abangnya membangunkannya.
Nata terbelalak dan segera menarik napas lega, “untung cuma mimpi”.
“Sana cepet mandi Nat, udah jam berapa nih,” Titan berkata seraya keluar dari kamar Nata.
Nata memandang fotonya bersama Niki saat upacara kelulusan SMP, disana mereka tertawa lepas sambil bergandengan tangan.
Aku nggak bakal biarin perasaan egois ini ngerusak semuanya Yas, kamu terlalu berharga dan aku nggak mau kamu pergi, sorry kalau aku nggak bisa nepatin janji aku, Nata berjanji dalam hati.

#9
Rahasia (Ayas)

“Ayas udah pergi barusan aja Nat, dia berangkat bareng Inov,” Kak Clara, kakak Ayas menjelaskan pada Nata saat cowok itu menjemput Ayas untuk pergi sekolah.
“Oh gitu ya kak, yaudah aku pamit,” Nata undur diri dengan perasaan kecewa.
Tidak biasanya Ayas seperti ini, dia ingin marah, dia benci mengatakan bahwa dia…cemburu.
Sesampainya disekolah Nata melihat Ayas dengan tenang menyedot segelas susu kedelai. Diapun dengan sengaja menyenggolnya sampai Ayas tersedak.
“Uhuk-uhuk, Nat santai Nat, kalau mau duduk bilang-bilang dong,” Ayas berusaha menstabilkan suaranya kembali.
“Kamu juga nggak bilang kalau kamu mau pergi sekolah bareng Inov, tahu gitukan aku nggak usah susah-susah jemput,” Nata kelihatan sewot.
“Oia, hehe sorry deh sorry Nat, tadi aku ada urusan dulu sama Inov,” Ayas nyengir.
“Urusan apa?” Nata bertanya.
“Emm..errr..rahasia,” Ayas terlihat tidak yakin dengan jawabannya.
Nata cuma menahan perasaannya untuk tidak penasaran lagi. Dia menghela nafas panjang dengan tidak senang.

#10
Nata (Ayas)
Nata melempar handuk pada Ayas yang basah kuyup.
“Ngapain sih latihan cheers pas ujan-ujan gini, nyari penyakit?” Nata mengomel
“Kan pertandingan basket udah tinggal deket lagi Nat, jadi ya kita juga harus latian keras,” Ayas menjelaskan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Kan tim basket yang main, kamu ngapain terlalu ribet sampe maksain diri latian,” Nata berkacak pinggang masih mengomel.
“Aku nggak maksain diri kok, lagian aku suka kok nari dibawah hujan,” Ayas membela diri.
“Hhh..menye-menye lagi, awas sampe sakit aku nggak mau jenguk,” Nata berkata lalu pergi.
“Eh Nat mau kemana?” Ayas bertanya.
“Beli teh anget, kamu tunggu disitu aja,” Nata berkata dengan nada masih sinis.
Ayas tersenyum.
Inov datang dan berkata, “Nata itu emang sinisnya nggak ketulungan ya, kalau marah ngena banget.”
“Nata emang gitu dari dulu, suka ngomel panjang pendek, sinis, tapi dia sebenernya perhatian, gitu-gitu dia sabar banget lho ngadepin aku yang bawel,” Ayas berkata sambil masih mengeringkan rambutnya.
Inov tersenyum,”Nggak ada yang kenal Nata kayak kamu kenal dia Yas, semakin ngebuktiin kan kata-kata aku waktu itu”.
Ayas sedikit tertegun.

#11
Inov lagi, Inov lagi (Nata)
Nata sudah menunggu diteras rumahnya selama 2 jam namun batang hidung sosok yang ditunggunya tidak muncul juga. Ia tahu Ayas memang sering terlambat, tetapi 2 jam, tidak biasanya. Ia lalu mengambil handphonenya dan menekan nomer Ayas.
“Halo,” suara Ayas terdengar
“Yas, kamu dimana sih, aku udah tungguin kamu 2 jam, katanya mau minta ajarin matematika,” Nata memulai omelannya.
“Aduh Nat sorry banget, aku nggak bisa dateng, ada urusan mendadak yang penting banget, besok deh ya,besok,” Ayas memohon sambil sepertinya tergesa-gesa.
“Yas ayo cepetan,” terdengar suara di belakangnya. Nata tahu itu suara Inov.
“Yas kamu lagi sama Inov?” Nata bertanya dengan deg-degan.
Namun telephone sudah keburu mati dan ia hanya bisa termengung. Inov lagi..Inov lagi, gumamnya dalam hati. Akhir-akhir ini Ayas sangat dekat dengan Inov, mereka sering ngobrol bahkan tak jarang pulang sekolah pergi berdua dan selalu merahasiakannya dari Nata.

#12
Pengakuan Inov

Nata lagi-lagi melihat Ayas pergi dengan Inov pulang sekolah hari ini. Namun kali ini dia memberanikan diri untuk mengikuti mereka berdua. Dia tidak tahan saat mendengar obrolan beberapa teman sekelasnya tadi siang saat istirahat.
“Eh Nat, sekarang Ayas deket ya sama Inov,” Erik bertanya pada Nata.
Nata hanya mengangkat bahu.
“Aku denger ntar mereka mau pergi ke suatu tempat, dan kayaknya Ayas excited banget pas Inov ngajak dia pergi, apa jangan-jangan Inov mau nembak dia ya Nat?” Erik tak berhenti bertanya.
“Ah tahu deh, terserah mereka toh, kenapa kamu yang pusing,” Nata berkata sambil bersikap sewajar mungkin.
Namun sekarang tidak bisa, dia deg-degan setengah mati saat mengekor Ayas dan Inov. Ia sempat kehilangan jejak namun segera berhasil menemukan motor Inov di depan tempat cetak foto. Sedikit heran namun dengan terengah-engah karena mengayuh sepedanya dengan kencang Nata mendekati tempat itu. Ia melihat Ayas didalam, belum sempat ia masuk, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya.
“Nat,” Inov tersenyum.
“Inov,” Nata sedikit tergagap.
“Kamu ngikutin kita kesini kan ?” kata-kata Inov tepat sasaran
“Kamu suka kan sama Ayas?” Inov mantab bertanya lagi
“Aku sama Ayas cuma sahabat,” Nata berkata pelan
“Oke kalau gitu boleh dong aku jadiin dia pacar aku?” Inov bertanya tanpa ampun
Nata terdiam, dia ingin mengatakan terserah namun tak rela.
“Hahaha, udah kuduga, kamu suka sama Ayas, dan itu bukan pertanyaan lagi, rencana aku berhasil dong nyadarin kamu,” Inov tidak dapat menahan tawanya.
“Maksut kamu?” tanya Nata heran.
“Ia Nat, Ayas itu sepupu aku, kita sering pulang bareng karena jengukin nenek yang lagi sakit, aku sengaja nyuruh Ayas nggak bilang apa-apa sama kamu, termasuk nggak bilang kalau aku sepupunya, aku mau yakinin dia kalau kamu suka sama dia, dan aku berhasil kayaknya,” Inov tersenyum puas
“Tapi aku cuma sahabatan sama dia Nov, aku nggak mau nuker hubungan ini sama sebuah hubungan baru yang nggak pasti,” Nata berkata dengan serius.
“HH..Nat, jalan Tuhan itu nggak ada yang tahu, siapa tahu kalian jodoh dan Dia mempertemukan kalian dengan jalan sahabat ini, kalau menurut aku, terlalu jahat kalau kamu bikin sahabatan jadi alasan buat mendem perasaan, intinya, mencintai seseorang membutuhkan keberanian Nat,” Inov berbicara panjang lebar

#13
………. (Ayas)
Ayas memandang foto-foto yang selesai dicetak itu ditangannya. Ada foto saat dia bercanda dengan Nata di kelas, saat dia berboncengan dengan Nata, foto waktu dia menyemangati Nata saat cowok itu manggung disekolah, melihat ekspesi Nata saat memandangnya latihan cheers dengan kawatir saat hujan, banyak sekali yang Inov potret untuk menunjukkan padanya bahwa dia maupun Nata memiliki rasa sayang lebih daripada rasa sayang terhadap sahabat.
Dan Ayas pun tesenyum tak memungkiri sambil menatap lekat foto terakhir, foto dimana dirinya tertawa lepas dan Nata tersenyum disampingnya. Ia ingat pada saat Inov berkunjung kerumahnya pada saat kakinya diperban, disana dia mengobrol banyak dengan Inov yang ternyata sepupunya, dan tanpa sadar sebagian besar omongannya adalah tentang Nata.
Ia pun membawa foto-foto itu keluar dan terkejut melihat Nata diluar dengan baju basah penuh keringat.
“Nat?” Ayas memandang Nata dengan tatapan penuh tanya.
Inov tersenyum penuh arti kepada Ayas dan gadis itu sadar bahwa Inov telah menceritakan semuanya pada Nata.
Tiba-tiba Nata menggenggam tangan Ayas dan berkata, “Pulang yuk”
Ayas hanya tersenyum dan mengikuti Nata menuju sepedanya.
Diperjalanan pulang Nata berkata, “ Yas, aku mau tepatin janji aku.”
“Ha?”
“Aku sayang kamu Yas,” Nata berkata mantab
Ayas tersenyum sambil menatap foto ditangannya, “I know.”
Tiba-tiba gerimis turun, padahal langit sangat cerah siang itu. Sekali lagi, keajaiban terjadi.
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar