Rabu, 29 Desember 2010

#cerpen - nggak nemu ide judul-

“Kamu tuh bisa jaga perasaan orang dikit gak sih?”, teriak Nana setengah terisak.
Alfa melengos tak perduli.Nana pun tertunduk lemas.Cuma bisa menahan air mata yang memaksa untuk keluar.
“Na, kamu kenapa lagi sih?” suara dika mendekat. Tiba-tiba saja pertahanan Nana tumbang, dan ia hanya bisa pasrah melihat air matanya turun kayak hujan sore itu, ia hanya bisa memegangi lengan sahabatnya dengan gemetar.
“Na..udahlah nggak usah nangis, yaudah diem yaa.” ujar Dika lagi menenangkan. Sahabatnya itu emang paling bisa menenangkan dia disaat seperti ini.
Dalam hati Nana berbisik, “ya Tuhan seandainya aja dulu aku milih Dika bukan Alfa, hah seandainya aja waktu bisa di ulang”
Ya memang sejak 2 tahun lalu mereka bertiga bersahabat, lambat laun mereka jatuh cinta, dan Nana pun bingung harus memilih yang mana, Dika yang sabar, care dan pengertian, atau Alfa yang lucu dan selalu bisa membuat dia tertawa. Namun pilihannya jatuh pada Alfa.
---
Bruk. Nana menjatuhkan dirinya dikasur dengan kesal.
“Ah Tuhan, aku salah pilih ya? Seharusnya dulu itu Dika bukan Alfa . Lagian kenapa sih Alfa tuh berubah, dulu dia selalu ngertiin aku, mau nemenin aku,care banget. Arghh nyesel nyesel nyesel.”
Nana terisak hingga dia terlelap dalam tidur dan suara hujan.
Besoknya~
Kringggggggggggg~
“waaa…..kesiangannnnn” Nana loncat dan bergegas mandi. Setelah mandi dan hendak ganti baju diapun kaget. “loh kok cuma ada seragam smp sih”, dia melihat ke kaca dan kembali terbelalak, rambutnya pendek kayak pas smp dulu, dan kalender di dinding kamarnya pun menunjukkan Juni 2008.
Masih terheran-heran Nana Cuma bisa menurut saat mamanya menyuruhnya sekolah dan benar juga, dia diantar ke SMP Tarrakatina.masih mencoba menelan kenyataan yang ada Nana berjalan pelan menuju ruang kelas. Dia hanya bengong selama jam pelajaran.
“sst na, kamu kenapa sih?” bisik Alfa yang duduk disebelahnya.
“ehh..hha ?hha? enggak..kok kita kembali ke masa lalu ya al?”, uja Nana.
“Ha?hahaha..kamu belum bangun ya non.kok ngelindur gitu”, ujar Alfa sambil menyentil kepala Nana pelan.
“heh dikung, ini tanggal berapa sih?,” tanya Nana pada Dika yang duduk didepannya.
“tanggal 26 Juni, kenapa na?”,ujar dika sambil tersenyum. Nana cuma bisa ternganga. Ini adalah hari jadiannya dengan Alfa. But, noo ini nggak boleh terjadi, jika Tuhan memang mengabulkan permohonannya untuk mengulang kembali waktu dia nggak boleh menyia-nyiakannya.
Dan benar saja, Nana akhirnya jadian dengan dika bukannya dengan Alfa. Kehidupan Nana sesuai yang diharapkannya, dia mempunyai pacar yang sabar dan pengertian. Namun ada yang hilang dari dirinya,sesuatu sehingga dirinya merasa kurang lengkap. Hari berlalu dan dia melihat Alfa mulai acuh padanya, dia sibuk dengan hobi barunya, bahkan mulai mendekati cewek.
Suatu saat Nana sedang berjalan bergandengan di koridor sekolah dengan Dika, ia melihat Alfa sedang bercengkrama dengan teman-temannya, lalu tiba-tiba sesak memenuhi dadanya, dia kangen tawa itu, tawa Alfa, saat mereka bersama dulu mereka sering tertawa bersama berdua tanpa ada seorangpun yang tahu. Tiba-tiba memory tentang dirinya dan Alfa berseliweran dipirannya. Dia ingat bagaimana Alfa memarahinya, bagaimana Alfa tersenyum padanya, bagaimana Alfa meladeninya saat marah. Tiba-tiba air matanya menetes.
“Na?km kenapa?kok nangis?” ujar Dika sambil membelai lembut rambut Nana.
Sekonyong-konyong Nana memeluk Dika. “Dika, aku udah salah , aku salah”, Nana terisak.
“Sayang..kamu kenapa sih ?”
Tiba-tiba Nana merasa kepalanya berat, dia kehilangan keseimbangan dan bruuk.
---
Nana masih merasa kepalanya ngilu saat dia berusaha membuka matanya.
Dia mendapati dirinya terbaring di UKS SMA Kartini dan ada Alfa disampingnya.
“tunggu..tunggu..”,pikir Nana, “jangan-jangan waktu sudah kembali seperti semula”,
“emm..Alfa, kitaa.kita pacaran?”, tanya Nana pelan.
Alfa menatapnya heran. Dada Nana berdegup kencang.
“Na, otakmu kececer ya pas aku bopong tadi? Pake nanya segala, iyalah kita pacaran”, ujar Alfa dengan nada sinisnya seperti biasanya.
Tanpa panjang lebar Nana pun memeluk Alfa, “Alfa, aku kangen kamuu”.
“ha? Nih anak beneran deh otaknya kemana sih, orang aku nggak kemana-mana juga pake kangen segala. Eh daripada sok amnesia gini, jelasin ke aku, kenapa tadi pas upacara bisa ambruk hah?nggak sarapan? Aku udah bilang berkali-kalikan, pagi tuh sarapan dulu,kalo sakit gimana?” cerocos Alfa.
“ia cerewet”, ujar Nana geli.
“eh pake ngatain cerewet segala, kamu tuu….”, Alfa terus saja memarahinya seperti biasanya. Kali ini Nana mendengarkannya tetap dalam pelukan Alfa dengan senyum bukan manyun.
Dika melihat mereka dari ujung pintu dan tersenyum geli.
Nana sadar, pacaran adalah belajar menerima sifat pasangan kita, nggak ada yang perlu disesali, Alfa adalah orang yang ia cintai, karena itu ia harus mencintai Alfa apa adanya, nggak perlu mengharapkan dia mempunyai sifat malaikat seperti Dika, dan Dika, dia yakin Tuhan nggak mentakdirkan dia tidak jadian dengan Dika karena Dika ditakdirkan menjadi kakak baginya. Selamanya seperti itu J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar